Akutansi Biaya Dan Ekonomi Teknik
Akutansi
atau akutansi biaya berfungsi sebagai pencatatan, perangkuman, dan
pelaporan data keuangan masa lalu. Sedangkan ekonomi teknik digunakan
untuk membuat keputusan yang menyangkut keuangan untuk masa kini dan
yang akan datang, berdasarkan data – data dari akutansi.
A. Akutansi
Akutansi
adalah fungsi perekem/pencatatan, perangkuman dan penyajian/pelaporan
data keuangan masa lalu dari perusahaan industri. Data masa lalu
tersebut berupa : Asset (kekayaan), Liabilitas (hutang – hutang, baik
yang jangka panjang maupun jangka pendek) dan Net Worth (nilai bersih
perusahaan).
Assets
adalah segala sesuatu bernilai uang yang dimiliki perusahaan, seperti :
uang kas, persediaan, pengeluaran yang dibayar di muka, tanah,
bangunan, peralatan.
Liabilitas
adalah pinjaman uang oleh perusahaan kepada para kreditornya.
Contohnya pinjaman dari bank, pajak yang belum di bayar, jaminan yang
belum di bayar, bon.
Net Worth adalah saham kepemilikan yang ditanamkan oleh pendiri perusahaan sejak awal. Ia terdiri atas saham (Capital Stock) dan laba ditahan, yakni laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham Net Worth biasa juga disebut Equity.
Oleh karena itu equity adalah nilai kepemilikan pada perusahaan yang
bersangkutan dan para pemilik punya hak atas setiap kelebihan/surplus
yang dihasilkan perusahaan, maka :
Equity = Assets – Libilitas
Persamaan diatas biasanya disebut persamaan akutansi dan kadang – kadang dinyatakan dengan cara lain :
Assets = Equity + Liabilitas
Penyajian
formal akutansi disebut neraca yang menrupakan petunjuk kondisi
keuangan perusahaan pada satu saat dari perjalanan waktu, biasanya per
satu tahun.Gambar (8.1) adalah contoh Neraca kasus PT. TI. Tampak bahwa
assets sama dengan equity + liabilitas.
Gambar 8.1
Contoh Neraca PT. TI pada 31 Desember 1996
Jika
usaha statis (jika neraca tidak berubah), satu laporan persamaan
akutansi akan selalu memadai. Namun bisnis tidaklah statis. Barang baru
selalu ditambahkan, yang lama diafkir, jumlah nilai/barang juga berubah
dan lain sebagainya. Sehingga begitu perubahan muncul, neraca di atas
langsung kadaluarsa.
Sebagian
dari perubahan – perubahan dapat ditujukkan dengan menggunakan
persamaan (8.2). Sebagian yang lain, membutuhkan format yang berbeda.
Setiap perubahan yang hanya mempengaruhi assets, liabilitas atau equity
tidak jadi masalah. Tapi bagaimana tentang uang yang diterima sebagai
pembayaran mobil atau servisnya ? Kas (bagian dari dari assets) adalah
yang terkena, lalu apalagi yang berubah ? Faktor lain adalah pemasukan
(revenue). Pemasukan adalah hasil penjualana atau pelayanan yang
menghasilkan pertambahan assets atau equity (pertambahan iini bisa saja
ditunda) juga pengeluaran untuk bahan baku, tenaga kerja atau jasa yang
telah dikonsumsi oleh proses produksi, harusnya diperlihatkan. Sebuah
pengeluaran adalah ongkos produksi atau pelayanan yang melibatkan
aliran yang keluar.
Persamaa
akutansi di atas perlu direvisi untuk bisa mengakomodasi faktor –
faktor baru ini. Nyatalah bahwa sebuah pendapatan (revenue) menaikkan
equity. Sedangkan sebaliknya, pengeluran menyebabkan berkurangnya
equity. Dengan demikian persamaan akutansi bisa ditulis ulang menjadi :
Gambar
8.1 telah menunjukkan bahwa sebuah neraca adalah pernyataan resmi
tentang tiga faktor pertama dari persamaan (8.3). Pernyataan resmi
tentang dua faktor lainnya disebut Laporan Laba/Rugi. Gambar 8.2
memperlihatkan laporan Laba/Rugi PT. TI. Terlihat 3 gejala
- Secara umum, sebuah laporan laba/rugi tidak akan seimbang. Jika pemasukkan lebih besar daripada pengeluaran selama periode yang lalu, berarti perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan. Jika sebaliknya, berarti rugi.
- Neraca tidak seimbang sampai nilai keuntungan atau rugi dari laporan laba/rugi ditambahkan.
- Oleh karena pemasukkan dan pengeluaran mencerminkan unjuk kerja selama periode tertentu, maka secara periodik pula jumlah/nilai pemasukkan dan pengeluaran ditetapkan nol pada awal periode perhitungan baru.
Dalam
rangka memahami perubahan bisnis dan pengaruhnya pada neraca dan
laporan laba/rugi, perhatikan transaksi – transaksi berikut ini, yang
dilakukan PT. TI setelah tanggal 31 Desember 1996.
- Pada 5 Januari 1997 selembar cek senilai Rp 1.000.000,- diberikan ke toko Istana Furniture atas pembelian peralatan kantor. Pengaruh terhadap persamaan akutansi adalah berkurangnya kas sebesar Rp 1.000.000,- dan bertambahnya peralatan senilai Rp 1.000.000,-
- Pada 10 Januari 1997 terjadi penjualan secara kredit 5 mobil senilai Rp 150 juta. Maka surat piutang dari Rp 5 juta menjadi Rp 155 juta. Persediaan mobil dari Rp 400 juta menjadi 250 juta.
- Pada 20 Januari 1997 sewa kantor senilai Rp 5 juta disepakati untuk bulan Januari 1997. Tetapi berdasar perjanjian sebelumnya, sewa hanya akan dibayar setiap 2 bulan sekali. Pengaruhnya adalah bertambahnya hutang dan pengeluaran.
- Tanggal 31 Januari 1997, gaji bernilai total Rp 15 juta dibayarkan untuk gaji bulan Januari 1997.
Gambar 8.2 memperlihatkan persamaan akutansi setelah perubahan – perubahan selama Januari 1997.
Gambar 8.2
Persamaan Akutansi PT. TI per 31 Januari 1997
Gambar 8.3
Neraca dan Laporan Laba/Rugi PT. TI per 31 Januari 1997
Dengan
dimasukkannya perbedaan antara pemasukkan dengan pengeluaran ke dalam
neraca maka periode Januari 1997 telah ditutup, dan periode Februari
1997 dimulai lagi dengan pemasukkan dan pengeluaran ditetapkan nol.
B. Akutansi Biaya
Akutansi
umum, sebagaimana ditunjukkan lewat kasus PT. TI sebelumnya, hanya
memberikan informasi tentang unjuk kerja secara kasar. Prosedur
akutansi umum tidak menunjukkan produk mana yang menguntungkan dan mana
yang merugikan, atau dimana ongkos – ongkos utama terjadi, apakah
diruang mesin, ruang pengecatan, atau yang lain ? Prosedur di atas bisa
dimodifikasi untuk menjawab masalah – masalah tadi dengan menggunakan
akutansi biaya.
Tanpa
masuk ke dalam rincian akutansi biaya, dapat dikatakan bahwa sistem ini
mampu mengeluarkan banyak laporan yang berbeda yang memperlihatkan
unjuk kerja produk – produk tertentu, departemen tertentu dan
sebagainya. Maka manajemen dapat mengendalikan denyut organisasi secara
keseluruhan maupun per unit terkecilnya. Akutansi biaya menyusun
laporan tambahan yang memungkinkan anda untuk menghitung ongkos
pembuatan barang dan ongkos barang yang terjual. Mengetahui ongkos
bahan baku, tenaga kerja dan biaya tak langsung yang berlaku atas
barang yang dibuat dan dijual, adalah inti dari akutansi biaya.
Beberapa definisi berikut membantu anda memahami akutansi biaya.
Bahan Langsung adalah
setiap bahan yang ongkosnya secara langsung terkait dengan pembentukan
suatu produk. Misalnya kayu yang dibuat menjadi meja atau kertas yang
menjadi bahan buku ini. Semua bahan selain ini disebut bahan tidak
langsung. Contohnya senyawa kimia untuk mengepel lantai, atau semua
pelumas untuk mesin – mesin di pabrik. Prinsipnya adalah lebih mudah
dan lebih teliti untuk membebankansemua bahan tak langsung (juga tenaga
kerja tak langsung) kepada pos umum yang kemudian dibagi – bagikan ke
produk – produk spesifik.
Tenaga Kerja Langsung
adalah setiap pekerja yang berperan langsung terhadap terjadinya
produk. Setiap operator mesin bubut untuk memotong benda kerja atau
tukang cat yang mengecat mobil. Semua pekerja yang selain ini disebut
tenaga kerja tak langsung, seperti pemeriksa mutu produk, tukang setel
mesin sebelum dipakai dan sebagainya.
Biaya Tak Langsung (Overhead) adalah
semua ongkos produksi yang bukan ongskos bahan maupun tenaga kerja
langsung. Di dalam sini tercakup ongkos bahan tak langsung, ongkos
tenaga kerja tak langsung, biaya penyusutan alat, pajak atas bangunan
dan peralatan, biaya perawatan bangunan dan peralatan, dan pengawasan
pabrik. Ongkos barang yang dibuat dan dijual dapat ditentukan
sebagaimana contoh pada gambar 8.4.
Gambar 8.4
Perhitungan Ongkos Benda yang di Buat dan yang Terjual
Hal
tersebut dilakukan dengan cara mencatat pada setiap bagian kategori
berapa persediaan awal bulan dan ditambahkan dengan jumlahyang
dikerjakan/dikeluarkan selama bulan tersebut. Hasilnya adalah total
yang tersedia. Apabila diketahui persediaan yang tersisa pada akhir
bulan, berarti selebihnya telah berubah menjadi produk. Jika semua sisa
ini dijumlahkan dari ketiga kategori yaitu bahan langsung (Rp
11.000.000). Tenaga Kerja Langsung (Rp 20.000.000) dan Biaya Tak
Langsung (Rp 8.000.000) maka hasilnya adalah ongkos benda yang dibuat
(Rp 39.000.000). Ini masuk ke persediaan barang jadi dan ditambahkan
dengan persediaan barang jadi pada awal bulan (Rp 22.000.000). Totalnya
adalah jumlah barang jadi yang siap dijual (Rp 61.000.000). Manakah
terdata bahwa akhir bulan ada sisa barang jadi sebesar Rp 30.000.000
maka berarti ongkos benda yang terjual adalah Rp 61.000.000 –
30.000.000 = 31.000.000.
Salah
satu masalah besar yang terdapat dalam akutansi biaya adalah memutuskan
bagaimana membebankan ongkos tak langsung kepada produksi. Hakikatnya,
biaya tidak langsung adalah “tidak langsung dan tidak enak” dibebankan
ke suatu produk tertentu. Sebagai contoh, jika seorang pemeriksa
memeriksa 50 produk berbeda dalam satu periode dan jika volume masing –
masing produk berkisar antara sangat kecil sampai sangat besar,
bagaimana ongkosnya bisa dipecah – pecah ? Akutansi biaya melakukannya
dengan banyak cara, tapi tiga diantaranya paling populer, yaitu :
C. Ekonomi Teknik
Simaklah ilustrasi berikut ini :
Sebagai
direktur PT. TI, salah satu keputusan penting yang harus anda buat
adalah menetapkan salah satudari dua mesin otomatis yang harus dibeli
untuk mengganti cara manual selama ini. Kategori produk yang
menggunakan ketiga cara ini (dua otomatis dan satu manual) akan
dihentikan produksinya lima tahun lagi. Metode manual butuh ongkos Rp
20 juta per tahun. Mesin otomatis A berharga Rp 60 juta sekarang dan
ongkos operasinya Rp 4 juta per tahun selama lima tahun. Setelah itu
mesin ini akan bernilai nol rupiah. Mesin otomatis B berharga Rp 80
juta sekarang dan ongkos operasinya Rp 2 juta per tahun selama lima
tahun. Pada akhir tahun ke-5, mesin ini bisa dijual seharga Rp 18 juta.
PT. TI menginginkan hasil 12 % dari semua modal yang tertanam. (12 %
Return on investment)
Untuk
memecahkan masalah ini langkah pertama biasanya adalah menggambar
diagram waktu yang memperlihatkan aliran uang untuk berbagai
alternatif. Gambar 8.5 menjelaskan masalah ini.
Gambar 8.5
Diagram Waktu PT. TI
Dalam
menyusun diagram waktu diatas, semua uang yang mengalir selama satu
tahun diinterprestasikan mengalir pada akhir tahun, semua aliran uang
keluar (ongkos, belanja) ditunjukkan oleh panah ke atas, semua aliran
uang masuk ditunjukkan oleh panah ke bawah, dan semua aliran kas yang
tampak pada gambar adalah aliran bersih (yakni pada alternatif 3, pada
akhir tahun 5, aliran keluar = Rp 2 juta, aliran masuk = Rp 18 juta,
sehingga aliran bersihnya = Rp 16 juta).
Mungkin
tampak bahwa solusi sederhananya adalah menjumlahkan saja semua aliran
uang dan memilih yang paling murah. Hasilnya adalah :
Aliran 1 : 20 + 20 + 20 + 20 + 20 = 100 juta
Aliran 2 : 60 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 80 juta
Aliran 3 : 80 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 90 juta
Aliran
2 tampak lebih baik dari pada 3, bahkan lebih baik dari alternatif 1.
Tetapi jika manajemen PT. TI tidak menanam modal di mesin A maupun B,
maka uang untuk beli mesin A senilai Rp 60 juta, atau B senilai 80 juta
bisa di investasikan ke peluang lain. Oleh karen uang terbatas, maka
pertimbangan ini sangat penting. Dengan memperhitungkan keinginan PT.
TI untuk memperoleh 12 % keuntungan dari total investasi, maka
pengeluaran uang selama lima tahun dapat dihitung ke depan menjadi
aliran uang saat ini, dengan menggunakan rumus
Keterangan :
P = Nilai sekarang aliran uang (akhir tahun ke nol)
A = Pengeluaran/Pemasukkan uang dengan jumlah tetap dari tahun ke tahun
i = Faktor return on investment
n = Jumlah tahun yang berlaku pada persoalan
Jadi total nilai uang yang keluar + masuk selama 5 tahun untuk ketiga alternatif adalah sebagai berikut :
Tampaknya dengan basis waktu yang sama, yakni akhir tahun ke nol
(artinya sekarang). Total aliran uang paling murah adalah alternatif
1, bukan alternatif 2 sebagaimana sebelumnya.
Disini perlu diperhatikan perhitungan pada alternatif 2 dan
3. Pada alternatif 2, harga beli Rp 60 juta tidak dikalikan lagi dengan
faktor sekarang. Demikian pula berlaku untuk harga pembelian Rp 80 juta
pada Alternatif 3. Yang sedikit berbeda pada Alternatif 3 adalah bahwa
pada akhir tahun 5 terjadi aliran masuk sebesar Rp 16 juta. Untuk
aliran masuk/keluaryang sifatnyahanya sekali, maka faktornya berbeda.
Dalam hal ini, faktor pengalinya adalah : (1 + i) ̵ ⁿ.
Selanjutnya, tabel 8.1 berikut menjelaskan berbagai faktor untuk
menghitung nilai aliran uang total pada berbagai posisi waktu di dalam
diagram waktu.
Tabel 8.1
Faktor Return on Investment
Selamat Belajar....!!!
BalasHapus